Cara Setting Load Balancing Mikrotik Metode Ppc
October 14, 2013
Edit
Load Balance / mikrotikindo.blogspot.com/search/label/Load%20Balance" target="_blank">Load Balancing Mikrotik yakni sebuah teknik atau metode untuk membagi beban ke dalam beberapa jalur (link) sehingga penggunaan jalur (link) menjadi lebih baik. Load balance Mikrotik Sebelumnya sudah pernah saya bahas pada artikel ini mikrotik">Load Balance / Load Balancing Mikrotik.
Selanjutnya pada artikel ini akan saya bahas perihal cara setting load balance mikrotik meggunakan metode PPC. Karena keterbatasan waktu dan peralatan, Tutorial Load Balance Mikrotik kali ini saya ambil dari web mikrotik.co.id sebagai berikut :
Selanjutnya pada artikel ini akan saya bahas perihal cara setting load balance mikrotik meggunakan metode PPC. Karena keterbatasan waktu dan peralatan, Tutorial Load Balance Mikrotik kali ini saya ambil dari web mikrotik.co.id sebagai berikut :
Selama ini banyak dari kita yang beranggapan salah, bahwa dengan memakai loadbalance dua jalur koneksi , maka besar bandwidth yang akan kita dapatkan menjadi dua kali lipat dari bandwidth sebelum memakai loadbalance (akumulasi dari kedua bandwidth tersebut). Hal ini perlu kita perjelas dahulu, bahwa loadbalance tidak akan menambah besar bandwidth yang kita peroleh, tetapi hanya bertugas untuk membagi trafik dari kedua bandwidth tersebut semoga sanggup terpakai secara seimbang.
Dengan artikel ini, kita akan pertanda bahwa dalam penggunaan loadbalancing tidak ibarat rumus matematika 512 + 256 = 768, akan tetapi 512 + 256 = 512 + 256, atau 512 + 256 = 256 + 256 + 256.
Pada artikel ini kami memakai RB433UAH dengan kondisi sebagai berikut :
1. Ether1 dan Ether2 terhubung pada ISP yang berbeda dengan besar bandwdith yang berbeda. ISP1 sebesar 512kbps dan ISP2 sebesar 256kbps.
2. Kita akan memakai web-proxy internal dan memakai openDNS.
3. Mikrotik RouterOS anda memakai versi 4.5 alasannya yakni fitur PCC mulai dikenal pada versi 3.24.
1. Ether1 dan Ether2 terhubung pada ISP yang berbeda dengan besar bandwdith yang berbeda. ISP1 sebesar 512kbps dan ISP2 sebesar 256kbps.
2. Kita akan memakai web-proxy internal dan memakai openDNS.
3. Mikrotik RouterOS anda memakai versi 4.5 alasannya yakni fitur PCC mulai dikenal pada versi 3.24.
Jika pada kondisi diatas berbeda dengan kondisi jaringan ditempat anda, maka konfigurasi yang akan kita jabarkan disini harus anda sesuaikan dengan konfigurasi untuk jaringan ditempat anda.
Konfigurasi Dasar
Berikut ini yakni Topologi Jaringan dan IP address yang akan kita gunakan
Konfigurasi Dasar
Berikut ini yakni Topologi Jaringan dan IP address yang akan kita gunakan
mikrotik.co.id/images/artikel/LoadBalance/LoadBalance.png" style="margin: 0px;" title="Cara Setting Load Balancing Mikrotik Metode PPC" width="420" />
/ip address add address=192.168.101.2/30 interface=ether1 add address=192.168.102.2/30 interface=ether2 add address=10.10.10.1/24 interface=wlan2 /ip dns set allow-remote-requests=yes primary-dns=208.67.222.222 secondary-dns=208.67.220.220 |
Untuk koneksi client, kita memakai koneksi wireless pada wlan2 dengan range IP client 10.10.10.2 s/d 10.10.10.254 netmask 255.255.255.0, dimana IP 10.10.10.1 yang dipasangkan pada wlan2 berfungsi sebagai gateway dan dns server dari client. Jika anda memakai DNS dari salah satu isp anda, maka akan ada pelengkap mangle yang akan kami berikan tanda tebal
Setelah pengkonfigurasian IP dan DNS sudah benar, kita harus memasangkan default route ke masing-masing IP gateway ISP kita semoga router meneruskan semua trafik yang tidak terhubung padanya ke gateway tersebut. Disini kita memakai fitur check-gateway berkhasiat jikalau salah satu gateway kita putus, maka koneksi akan dibelokkan ke gateway lainnya.
/ip route add dst-address=0.0.0.0/0 gateway=192.168.101.1 distance=1 check-gateway=ping add dst-address=0.0.0.0/0 gateway=192.168.102.1 distance=2 check-gateway=ping |
Untuk pengaturan Access Point sehingga PC client sanggup terhubung dengan wireless kita, kita memakai perintah
/interface wireless set wlan2 mode=ap-bridge band=2.4ghz-b/g ssid=Mikrotik disabled=no |
Agar pc client sanggup melaksanakan koneksi ke internet, kita juga harus merubah IP privat client ke IP publik yang ada di interface publik kita yaitu ether1 dan ether2.
/ip firewall nat add action=masquerade chain=srcnat out-interface=ether1 add action=masquerade chain=srcnat out-interface=ether2 |
Sampai langkah ini, router dan pc client sudah sanggup melaksanakan koneksi internet. Lakukan ping baik dari router ataupun pc client ke internet. Jika belum berhasil, cek sekali lagi konfigurasi anda.
Webproxy Internal
Pada routerboard tertentu, ibarat RB450G, RB433AH, RB433UAH, RB800 dan RB1100 mempunyai expansion slot (USB, MicroSD, CompactFlash) untuk storage tambahan. Pada teladan berikut, kita akan memakai usb flashdisk yang dipasangkan pada slot USB. Untuk pertama kali pemasangan, storage pelengkap ini akan terbaca statusnya invalid di /system store. Agar sanggup dipakai sebagai media penyimpan cache, maka storage harus diformat dahulu dan diaktifkan Nantinya kita tinggal mengaktifkan webproxy dan set cache-on-disk=yes untuk memakai media storage kita. Jangan lupa untuk membelokkan trafik HTTP (tcp port 80) kedalam webproxy kita.
/store disk format-drive usb1 /store add disk=usb1 name=cache-usb type=web-proxy activate cache-usb /ip proxy set cache-on-disk=yes enabled=yes max-cache-size=200000KiB port=8080 /ip firewall nat add chain=dstnat protocol=tcp dst-port=80 in-interface=wlan2 action=redirect to-ports=8080 |
Pengaturan Mangle
Pada loadbalancing kali ini kita akan memakai fitur yang disebut PCC (Per Connection Classifier). Dengan PCC kita sanggup mengelompokan trafik koneksi yang melalui atau keluar masuk router menjadi beberapa kelompok. Pengelompokan ini sanggup dibedakan menurut src-address, dst-address, src-port dan atau dst-port. Router akan mengingat-ingat jalur gateway yang dilewati diawal trafik koneksi, sehingga pada paket-paket selanjutnya yang masih berkaitan dengan koneksi awalnya akan dilewatkan pada jalur gateway yang sama juga. Kelebihan dari PCC ini yang menjawab banyaknya keluhan sering putusnya koneksi pada teknik loadbalancing lainnya sebelum adanya PCC alasannya yakni perpindahan gateway.
Sebelum menciptakan mangle loadbalance, untuk mencegah terjadinya loop routing pada trafik, maka semua trafik client yang menuju network yang terhubung eksklusif dengan router, harus kita bypass dari loadbalancing. Kita sanggup menciptakan daftar IP yang masih dalam satu network router dan memasang mangle pertama kali sebagai berikut
/ip firewall address-list add address=192.168.101.0/30 list=lokal add address=192.168.102.0/30 list=lokal add address=10.10.10.0/24 list=lokal /ip firewall mangle add action=accept chain=prerouting dst-address-list=lokal in-interface=wlan2 comment=”trafik lokal” add action=accept chain=output dst-address-list=lokal |
Pada kasus tertentu, trafik pertama sanggup berasal dari Internet, ibarat penggunaan remote winbox atau telnet dari internet dan sebagainya, oleh alasannya yakni itu kita juga memerlukan mark-connection untuk menandai trafik tersebut semoga trafik baliknya juga sanggup melewati interface dimana trafik itu masuk
/ip firewall mangle add action=mark-connection chain=prerouting connection-mark=no-mark in-interface=ether1 new-connection-mark=con-from-isp1 passthrough=yes comment=”trafik dari isp1” add action=mark-connection chain=prerouting connection-mark=no-mark in-interface=ether2 new-connection-mark=con-from-isp2 passthrough=yes comment=”trafik dari isp2” |
Umumnya, sebuah ISP akan membatasi jalan masuk DNS servernya dari IP yang hanya dikenalnya, jadi jikalau anda memakai DNS dari salah satu ISP anda, anda harus menambahkan mangle semoga trafik DNS tersebut melalui gateway ISP yang bersangkutan bukan melalui gateway ISP lainnya. Disini kami berikan mangle DNS ISP1 yang melalui gateway ISP1. Jika anda memakai publik DNS independent, ibarat opendns, anda tidak memerlukan mangle dibawah ini.
/ip firewall mangle add action=mark-connection chain=output comment=dns dst-address=202.65.112.21 dst-port=53 new-connection-mark=dns passthrough=yes protocol=tcp comment=”trafik DNS citra.net.id” add action=mark-connection chain=output dst-address=202.65.112.21 dst-port=53 new-connection-mark=dns passthrough=yes protocol=udp add action=mark-routing chain=output connection-mark=dns new-routing-mark=route-to-isp1 passthrough=no |
Karena kita memakai webproxy pada router, maka trafik yang perlu kita loadbalance ada 2 jenis. Yang pertama yakni trafik dari client menuju internet (non HTTP), dan trafik dari webproxy menuju internet. Agar lebih terstruktur dan gampang dalam pembacaannya, kita akan memakai custom-chain sebagai berikut :
/ip firewall mangle add action=jump chain=prerouting comment=”lompat ke client-lb” connection-mark=no-mark in-interface=wlan2 jump-target=client-lb add action=jump chain=output comment=”lompat ke lb-proxy” connection-mark=no-mark out-interface=!wlan2 jump-target=lb-proxy |
Pada mangle diatas, untuk trafik loadbalance client pastikan parameter in-interface yakni interface yang terhubung dengan client, dan untuk trafik loadbalance webproxy, kita memakai chain output dengan parameter out-interface yang bukan terhubung ke interface client. Setelah custom chain untuk loadbalancing dibuat, kita sanggup menciptakan mangle di custom chain tersebut sebagai berikut
/ip firewall mangle add action=mark-connection chain=client-lb dst-address-type=!local new-connection-mark=to-isp1 passthrough=yes per-connection-classifier=both-addresses:3/0 comment=”awal loadbalancing klien” add action=mark-connection chain=client-lb dst-address-type=!local new-connection-mark=to-isp1 passthrough=yes per-connection-classifier=both-addresses:3/1 add action=mark-connection chain=client-lb dst-address-type=!local new-connection-mark=to-isp2 passthrough=yes per-connection-classifier=both-addresses:3/2 add action=return chain=client-lb comment=”akhir dari loadbalancing” /ip firewall mangle add action=mark-connection chain=lb-proxy dst-address-type=!local new-connection-mark=con-from-isp1 passthrough=yes per-connection-classifier=both-addresses:3/0 comment=”awal load balancing proxy” add action=mark-connection chain=lb-proxy dst-address-type=!local new-connection-mark=con-from-isp1 passthrough=yes per-connection-classifier=both-addresses:3/1 add action=mark-connection chain=lb-proxy dst-address-type=!local new-connection-mark=con-from-isp2 passthrough=yes per-connection-classifier=both-addresses:3/2 add action=return chain=lb-proxy comment=”akhir dari loadbalancing” |
Untuk teladan diatas, pada loadbalancing client dan webproxy memakai parameter pemisahan trafik pcc yang sama, yaitu both-address, sehingga router akan mengingat-ingat menurut src-address dan dst-address dari sebuah koneksi. Karena trafik ISP kita yang berbeda (512kbps dan 256kbps), kita membagi beban trafiknya menjadi 3 bagian. 2 penggalan pertama akan melewati gateway ISP1, dan 1 penggalan terakhir akan melewati gateway ISP2. Jika masing-masing trafik dari client dan proxy sudah ditandai, langkah berikutnya kita tinggal menciptakan mangle mark-route yang akan dipakai dalam proses routing nantinya
/ip firewall mangle add action=jump chain=prerouting comment=”marking route client” connection-mark=!no-mark in-interface=wlan2 jump-target=route-client add action=mark-routing chain=route-client connection-mark=to-isp1 new-routing-mark=route-to-isp1 passthrough=no add action=mark-routing chain=route-client connection-mark=to-isp2 new-routing-mark=route-to-isp2 passthrough=no add action=mark-routing chain=route-client connection-mark=con-from-isp1 new-routing-mark=route-to-isp1 passthrough=no add action=mark-routing chain=route-client connection-mark=con-from-isp2 new-routing-mark=route-to-isp2 passthrough=no add action=return chain=route-client disabled=no /ip firewall mangle add action=mark-routing chain=output comment=”marking route proxy” connection-mark=con-from-isp1 new-routing-mark=route-to-isp1 out-interface=!wlan2 passthrough=no add action=mark-routing chain=output connection-mark=con-from-isp2 new-routing-mark=route-to-isp2 out-interface=!wlan2 passthrough=no |
Pengaturan Routing
Pengaturan mangle diatas tidak akan berkhasiat jikalau anda belum menciptakan routing berdasar mark-route yang sudah kita buat. Disini kita juga akan menciptakan routing backup, sehingga apabila sebuah gateway terputus, maka semua koneksi akan melewati gateway yang masing terhubung
/ip route add check-gateway=ping dst-address=0.0.0.0/0 gateway=192.168.101.1 routing-mark=route-to-isp1 distance=1 add check-gateway=ping dst-address=0.0.0.0/0 gateway=192.168.102.1 routing-mark=route-to-isp1 distance=2 add check-gateway=ping dst-address=0.0.0.0/0 gateway=192.168.102.1 routing-mark=route-to-isp2 distance=1 add check-gateway=ping dst-address=0.0.0.0/0 gateway=192.168.101.1 routing-mark=route-to-isp2 distance=2 |
Pengujian
Dari hasil pengujian kami, didapatkan sebagai berikut
mikrotik.co.id/images/artikel/LoadBalance/LoadBalance-test.jpg" title="Cara Setting Load Balancing Mikrotik Metode PPC" width="420" />
Dari gambar terlihat, bahwa hanya dengan melaksanakan 1 file download (1 koneksi), kita hanya mendapat speed 56kBps (448kbps) alasannya yakni pada dikala itu melewati gateway ISP1, sedangkan jikalau kita mendownload file (membuka koneksi baru) lagi pada web lain, akan mendapat 30kBps (240kbps). Dari pengujian ini terlihat sanggup disimpulkan bahwa
512kbps + 256kbps ≠ 768kbps
Catatan :
* Loadbalancing memakai teknik pcc ini akan berjalan efektif dan mendekati seimbang jikalau semakin banyak koneksi (dari client) yang terjadi.
* Gunakan ISP yang mempunyai bandwith FIX bukan Share untuk mendapat hasil yang lebih optimal.
* Load Balance memakai PCC ini bukan selamanya dan sepenuhnya sebuah solusi yang niscaya berhasil baik di semua jenis network, alasannya yakni proses penyeimbangan dari traffic yakni menurut logika probabilitas.
Demikianlah Tutorial Cara Setting Load Balancing Mikrotik memakai Metode PPC yang diambil dari web Mikrotik.co.id. Selamat mencoba dan Semoga bermanfaat :)
Sumber :